Wednesday, December 31, 2008

DARI GELAP KE CAHAYA

DARI GELAP KE CAHAYA

Kalau buah pinang dibelah dua apalagi buah pier tentu tidak akan mirip dengan mereka berdua, dan sebaliknya andai mereka yang dibelah menjadi dua tentu tidak akan serupa dengan pinang. Setiap mata melihatnya akan menyangka bahwa mereka adalah saudara kembar bahkan kembar siam, meski sebenarnya mereka tidak punya hubungan keluarga sedikitpun. Hanya kebetulan saja mereka sama-sama bersekolah di SMU itu. Bukan hanya karena kemiripan itu yang membuat mereka ngetop, melainkan karena mereka berdua sebagai macan alias makhluk cantik yang langka dan terkenal di seantero kota. Namun saat ini, semenjak mereka menghuni kelas dua ada perbedaan yang mencolok antara keduanya, walau sifat macannya masih tetap nempel. Yang satu makin berkibar dengan tingkahnya sebagai makhluk yang mengobral kecantikannya, sedangkan yang lain tampil menjadi gadis lembut penuh kharisma dengan jilbabnya yang syari dan beradab meski tidak sedikit yang menganggapnya terlalu idealis.
Dialah Mita dan Mira yang pernah ‘mengangkat’ nama sekolahnya ketika mereka terpilih menjadi siswi parit (paling favorit) saat kelas satu. Kalau ingat waktu itu Mira mengusap mukanya sambil mengucap istighfar yang setulusnya. Masih terbayang saat melintas di atas pentas dengan pakaian minimnya yang ketat dari busana terkenal macam Calvin Klein dan Donna Karan yang dipadu dengan langkah gemulai dengan dibumbui sedikit kerling adem dan senyum rada nakal.
Mita yang punya nama lengkap Farahamita Sadi saat ini semakin merajalela sebagai siswi favorit lebih-lebih setelah pengunduran diri Mira yang dulu pernah menjadi pesaing beratnya. Tiga hari yang lalu dia mendapat bonus dari sebuah penerbitan majalah remaja setelah berhasil tampil syur dalam cover majalah itu yang makin ‘menyulut’ gelora penggemarnya, dan banyak menerima ucapan selarnat dari teman-temannya, serta beberapa dewan guru. Memang, tampilnya Mita sebagai parit tidak lepas dari dukungan para bapak di sekolah itu yang menganggap Mita sebagai siswi berprestasi yang mampu membawa nama sekolahnya Untuk tetap menjaga popularitasnya. Mita telah pasang kuda-kuda dengan memilih pakaian dan asesorinya yang bisa bikin orang yang melihat mengenangnya dalam khayalan nakalnya. Di depan cermin itu Mita sedang memoles mukanya, dan tiba-tiba ingat Mira, “Mira kau itu idealis aneh dan rada goblok. Membuang-buang kesempatan dan memilih masa depan suram. Nggak habis pikir masa gadis favorit macam kamu tiba-tiba tenggelam dan ngumpet dalam jilbab, kan lucu”, gumamnya mendesah sambil mencibiri cermin seraya menyemprotkan Drakkar Noir ke seluruh tubuhnya.
Sementara itu, hari masih sore, Mira baru saja selesai shalat ashar dan duduk di beranda tengah mempelajari ulumul hadist. Mira yang di KTP-nya tertulis Mirania Puspita itu semenjak memilih jilbab telah mengubahnya menjadi muslimah yang senantiasa mempelajari dan mengamalkan Islam dalam hidupnya bahkan inilah idealismenya. Dia ingin menghapus masa hitamnya dulu dengan cercah Islam yang kini digelutinya. Kini dia tampil sangat beda dengan sewaktu kelas satu dulu, dia kini tampak mulai dewasa, sopan dan penuh dengan akhlaq Islami meski umurnya baru 16 tahun. Sikapnya terhadap teman-temannya sangat menyenangkan, dia selalu mengajak temannya untuk bersama-sama belajar dan mengamalkan Islam, bahkan Mita pernah diajaknya untuk memakai jilbab yang dibalas dengan tawa cekikikan oleh Mita. Selesai membaca ulumulhadist dia ingat Mita, “Mita kapankah kamu akan sadar dan kembali pada aturan Islam. Tidak sadarkah kamu bahwa Allah dan Rasul-Nya melaknat dan mengancam dengan azab pedih bagi orang macam kamu?”, ucapnya dalam hatinya seraya beranjak ke kamarnya mempersiapkan diri untuk shalat maghrib.
Hari itu di sekolah ada ramai-ramai, bukan hajatan sunatan sebab semuanya sudah pada selesai disunat, melainkan ada pentas pemilihan Siswi Favorit II yang diprakarsai oleh Mita. Kelihatannya sekolah ingin tetap menjadi pemegang piala sebagai sekolah yang berpenghuni siswi favorit dengan cara mempersiapkan kader-kader baru pengganti dan penerus jejak Mita khususnya bagi siswi kelas satu. Tidak kurang dari 10 juta yang dianggarkan untuk acara tersebut, dan dana sebesar itu diproleh dari sekolah dan bantuan dari dewan kesenian daerah (dkd) di kota itu, karena mereka menganggap acara begini termasuk acara seni. Beberapa pimpinan sekolah dan tiga orang wakil dari dewan kesenian daerah serta beberapa undangan terhormat hadir pada acara miss univers lokal itu, bahkan acara ini di buka secara resmi oleh wakil pimpinan daerah yang ditempatkan di aula sekolah. Gadis-gadis belia itupun mulai beraksi di atas pentas yang disambut dengan gemuruh applus dan suit yang membahana di ruang itu.
Sementara itu Mira bersama teman-temannya yang anti acara itu masuk ke mushalla sekolah untuk shalat dhuha sekaligus mendengarkan ceramah Emen, yang juga diikuti anak-anak cowok. Saat terdengar hingar dan aula sekolah, Mira bersama temannya menadahkan do’a dengan wajah pekat, “Ya Allah, hancurkan kemunkaran ini!”.
Emen pun mewejangkan kepada forum kajian dhuha pagi itu. “teman-teman kita, yang terpedaya dengan pesona kecantikan, kemewahan. Sejatinya mereka sedang memuja ketiadaan. Sebab kaya, cantik, pinter, kalo melupakan Allah dan aturan-Nya, sama saja dengan menuju jurang kebodohan. Kepribadian yang mereka agungkan, manalah buktinya dan apa standarnya. Jika ukurannya kepribadian bangsa kita, yang ternyata bangsa yang penakut dengan Amerika, bangsa pengibul rakyat dengan memperkaya diri sendiri, bangsa yang plin-plan dalam pergaulan internasional, maka itulah kepribadian yang sekarang dikejar oleh mereka yang melombakan kepribadian lewat kontes-kontesan”

0 comments:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com